Kepedean Menulis

Kepedean Menulis

Setelah sekian lama saya nggak nulis di blog, ahirnya saya akan berusaha untuk rutin menulis. Buat saya, nulis model begini was sooo fucking difficult (than writing a code). kalo koding kan banyak framework dan design pattern yang udah mature, jadi kita tinggal ngikut aja sesuai aturan yang mereka bikin, kita tinggal pilih mana yang cocok, kemudian disesuain sama kebutuhan kita.

Nah, tulisan model begini kan terlalu bebas, saya ngga tau harus nulis apa, dari mana mulai nya, gimana susunannya, ini harus dibikin paragraf baru atau disambung. Dan terutama alasan klasik, setelah selesai, apakah saya "PeDe" (baca: percaya diri) dengan tulisan saya ini, sudah bagus atau sampah. Apakah ada kata-kata yg salah? keberpihakan pada sesuatu yang tidak baik? dan banyak lainnya.

Cuma, ahir-ahir ini, banyak tulisan yang mengusik saya. Tulisan-tulisan yang profokatif, menyebar ketakutan dan rasa tidak aman, kegelisahan identitas, dan lain lain. Entah itu di portal portal suram, status-status di facebook dan social media lain, bahkan sampai ke grup-grup whatsapp dan platform chatting lain. Pertanyaan yang terbersit dipikiran saya adalah, kenapa mereka bisa PeDe sekali ya? Terlebih lagi, beberapa teman saya (yang saya kira ngga begitu paham soal motif dan masalahnya) ikut-ikutan pula menyebarkan tulisan tulisan tersebut.

Everyone has a Why

Mengutip startwithwhy-nya Simon Sinex, bahwa sesuatu dengan why tepat dapat berjalan dengan lebih konsisten, jadi supaya kedepan saya bisa konsisten menulis, pertama-tama, saya harus menjawab pertanyaan ini dulu.

kenapa saya menulis?

Apakah untuk pembelajaran dan pengingat bagi kita yang mungkin bisa kita bagi ke orang lain, seperti alasan klasik mayoritas?

Apakah untuk membangun identitas, bahwa tulisan kita merepresentasikan diri kita yang cerdas dan kritis?

Apakah karena orang-orang disana lebih bodoh, sehingga perlu diajari dengan tulisan?

Apakah karena terlalu banyak ide dalam otak, sehingga harus dituliskan, layaknya onani?

Ataukah untuk mencari suara dalam pemilu, seperti para praktisi politik?

Ataukan untuk sekedar mencari alasan pembenaran, menguatkan kesimpulan prematur terhadap sesuatu?

Ataukah untuk menyadarkan orang lain yang tersesat, salah jalan, seperti para motivator, dan ustad ustad terkenal?

Ataukah karena ingin menjatuhkan nama baik orang lain, supaya bukan hanya saya sendiri yang terlihat buruk ?

Ataukah untuk mencari simpatisan kelompok, seperti para militan, yang berujung pada sumbangan sukarela?

Ataukah untuk menyebarkan kesedihan dan rasa takut, agar setidaknya saya tidak takut sendirian, supaya orang lain juga sama takutnya?

ataukah karena menyampaikan keluh kesah dan keresahan membuat saya terlihat lebih manusiawi?

Ataukah untuk mencari pelanggan baru dan membangun loyalitas pelanggan, seperti yang dilakukan para marketing produk?

Ataukah untuk menyumbangkan karya sastra, seperti para sastrawan dan seniman?

Ataukan untuk mengukuhkan ide ide baru, seperti para peneliti?

Ataukan untuk pamer pengalaman, bahwa mereka tidak seberuntung kita?

Ataukan karena sekedar kita senang melakukannya?

Ataukan untuk mengisi waktu luang, karna terlalu bingung harus diisi dengan apa?

Ataukah karena memang dibayar untuk menulis, sehingga hidupnya bergantung pada tulisannya?

Tiba-tiba banyak sekali dalam pikiran saya alasan-alasan hanya untuk menulis sebuah tulisan di blog, forum, status facebook atau path, celotehan twitter, foto di instagram, video di youtube, podcast di soundcloud, membuat komen disana sini. Bahkan mungkin ini berlaku juga untuk aksi, demonstrasi, bela sana, bela sini, hukum sana, bebaskan sini.

Yang jelas, saya dan setiap orang, begitu juga kelompok, organisasi, perusahaan, partai, punya motif sendiri-sendiri ketika menyampaikan sesuatu ke ruang publik, dalam hal ini internet juga.

Pertanyaanya, dari banyak motif tersebut, motif kita yang akan mengenai orang lain, ataukah motif orang lain / kelompok lain yang memanfaatkan kita?
Bagaimana dengan "cuma" menyebarkan berita yg sudah ada?
Apakah salah untuk memberikan dukungan?
Apakah orang lain tidak akah terpengaruh?
Apakah kita sudah yakin hal buruk tidak akan terjadi karena tulisan tersebut?
Apakah kita juga mau bertanggung jawab terhadap tulisan yang kita sebarkan?

Sampai disinipun saya belum menemukan "why" saya.
Apakah saya akan bisa konsisten menulis setelah ini?
semoga saja.

Ahh iya, mungkin tulisan ini juga ngga perlu disebarkan.

Selamat bulan ramadhan.
Selamat menulis. :)